[Review] The 100 Year Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappear~

February 15, 2015 Agista Kartika 2 Comments

    Udah lama banget pengen bikin review. Cause I've read a lot of book lately. Tapi sayangnya sejak jadi magangers di salah satu kantor pemerintahan, I don't have that much free time anymore like I used to. Dan sepertinya setelah 2 minggu pun saya belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan jam kerja dan istirahat dan maen2 saya.

   And one of those book is "The 100 Years Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared". Judulnye panjang banget kan?? Iye, emang.

    Allan Karlsson hanya punya waktu satu jam sebelum pesta ulang tahunnya yang keseratus dimulai. Wali Kota akan hadir. Pers akan meliput. Seluruh penghuni Rumah Lansia juga ikut merayakannya. Namun ternyata, justru yang berulang-tahunlah yang tidak berniat datang ke pesta itu.
    Melompat lewat jendela kamarnya, Allan memutuskan untuk kabur. Dimulailah sebuah perjalanan luar biasa yang penuh dengan kegilaan. Siapa sangka, petualangannya itu menjadi pintu yang mengungkap kehdupan Allan sebelumnya. Sebuah kehidupan dimana-tanpa terduga- Allan memainkan peran kunci dibalik berbagai peristiwa penting pada abad kedua puluh. Membantu mencipakan bom atom, berteman dengan Presiden Amerika dan tiran Rusia, bahkan membua pemimpin komunis Tiongkok berutang budi padanya! Siapa sih Allan sebenarnya?

     Tergiur beli buku ini gegara ada tulisan international best seller di display nya. Tapi setelah benar2 saya beli, I think this book is not the most interesting book I've ever read. Lucu? Mmm... entahlah. Yang jelas seperti buku2 terjemahan lainnya, butuh banget konsentrasi buat bisa ngerti jalan ceritanya. 

     Buku ini bercerita tentang seorang pria tua a.k.a kakek2 berumur hampir 100 tahun, Allan Karlsson yang akan merayakan dirayakan ulang tahunnya, tapi sayangnya dia justru lebih memilih untuk kabur. Lalu apa yang bisa dilakukan kakek berusia seabad ini di dalam perjalanan melarikan dirinya? You'll be surprised, seriously. Karena kita tidak akan pernah menyangka bahwa seorang dengan usia setua itu akan mampu melakukan hal2 luar biasa di luar nalar kita.

     Diceritakan dengan alur berseling antara "apa yang Allan lakukan di masa lalu" dengan "apa yang terjadi sekarang" membuat pembaca penasaran dan bertanya-tanya who in the world is this old man?? atau tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya?

    Siapa yang menyangka bahwa kakek tua yang tinggal di rumah lansia ini dulunya adalah orang yang entah disengaja ataupun tak sengaja menjadi kunci terjadinya beberapa peristiwa besar pada masa perang dunia dulu. Hmmm penasaran? Baca sendiri :)

   Oh iya, di buku ini juga pada beberapa bagian yang membahas tentang negara kita tercinta, Indonesia. Karena di cerita ini Allan dan beberapa temannya akhirnya tinggal dan menetap di Pulau Bali, our very Paradise Island. But the sad thing is, di buku ini negara kita dianggap sebagai negara yang sangat korup. Siapa pun, maksudku benar2, SIAPA PUN, bahkan seorang penjahat bisa tinggal dengan bahagia, aman tanpa takut gangguan apapun di negara kita ini asal punya uang yang banyak. Karena APAPUN bisa dibeli disini. Sad but true. Right?

2 comments:

[Quotes] Unforgotten Page~

February 03, 2015 Agista Kartika 0 Comments

Aku terus berpikir tentang sebuah hari bagai selembar kertas pada sebuah buku. Satu- satu akan terbuka maju selesai terbaca. Tanpa pernah terbuka kembali ke halaman sebelumnya, walau pada kenyataannya kadang kita melakukan itu. Entah karena lupa, atau karena kita memang sedang ingin kembali mengulang bagian yang berkesan sebelumnya, atau karena... sesuatu yang memaksa kita berbalik kesana! Aku mungkin salah satu dari orang yang ingin berbalik ke halaman lalu...
~ Yudi Herwibowo, Enigma~


Apa aku pernah berpikir untuk membuka kembali halaman yang sudah kulewati??
Tentu saja, and it's mostly those pages about you ;)

0 comments:

Tentang Hidup dan Transjakarta~

February 03, 2015 Agista Kartika 0 Comments

source

    Terinsprasi dari pengalaman saya beberapa waktu lalu pas nungguin Transjakarta berjam-jam dan berakhir dengan teraduk-aduk ditengah2 himpitan manusia selama hampir sejam perjalanan. Tapi alhamdulillah banget, masih bisa selamat tanpa kurang suatu apapun sampai tujuan. Dan saya tiba2 kepikiran sama sesuatu :)

     Kalo dipikir-pikir, kita hidup itu kayak naik Transjakarta. Iya gak sih? Dari awal aja nih, terkadang kita musti berjalan naik turun tangga, muter-muter ngikutin jalan yang ada biar bisa sampai di haltenya. Pengennya sih nyari jalan yang cepet, atau nyegat aja sembarangan di pinggir jalan, tapi emang bisa kayak gitu? Engga kan? Sama kayak hidup, meskipun pengen hidup sebebas apapun, masih ada aturan yang dibuat oleh sesuatu dari luar diri kita. Sadar nggak sadar, diakui atau engga, mau ditaati atau tidak, tapi dimanapun kita berada, ada sesuatu yang dinamakan aturan yang fungsinya untuk membatasi tindakan kita.

     Ketika sampai halte, kita dihadapkan pada fakta bahwa kita harus menentukan pilihan. Kalau mau ke suatu tempat, kita harus tahu komuter nomor berapa yang bisa bikin kita sampai di tempat tujuan itu. Salah jurusan, bisa2 kita nggak sampai. Begitu juga hidup, di suatu titik kita akan dihadapkan pada beberapa pilihan, dan kita harus dengan bijaksana menentukan jalan mana yang akan kita pilih. Tentunya dengan memperhitungkan segala risiko dan benefit yang dapat ditimbulkan dari masing-masing pilihan itu sendiri. Kita harus yakin dan tahu, jalan mana yang paling baik dan bisa mengantarkan ke "tujuan hidup" kita. Yah meskipun kalau kita salah jurusan kita bisa puter balik atau cari alternatif lain sih, tinggal pinter2nya kita aja, sekalian jalan2 ;)

     Setelah sampai di halte dan milih jurusan mana yang mau kita tumpangi, tak jarang kita harus antri, dan disinilah kesabaran kita diuji. Uda nunggunya lama, bus nya gak nongol2, begitu ada bus dateng, eh ternyata bus jurusan sebelah. PHP banget kan? Belum lagi kalau ternyata jurusan yang kita tuju itu jurusan "favorit" orang-orang, kita harus berdiri berjam-jam meng-ular di dalam halte. Dan menunggu keajaiban ada bus kosong yang bisa menyediakan space bagi kita buat nyempil manis di dalamnya. Duh! Sama dengan hidup. Terkadang disaat kita berusaha mati-matian buat memperjuangkan apa yang kita inginkan, dan ada orang lain yang "kelihatan" tanpa usaha bisa dengan mudahnya ngedapetin apa yang dia mau, gimana perasaan kita? Gondok? Mmmm... engga sih, barangkali ada usaha lain yang mereka lakuin dan kita nya gak tau. Iri? Dikit mungkin. Pengen kayak dia? Iya, pengen banget. Tapi apa daya kalau emang belum saatnya? Kucing hamil aja butuh waktu 3 bulan buat bisa ngelahirin anaknya (apa hubunganya sih?Teuing.) Ya itu intinya, mau engga mau kita harus sabar nunggu. Tanpa berhenti berusaha tentunya :)

     Kemudian, katakanlah kita udah di dalem bus nih, pasti ada beberapa opsi kondisi di dalamnya. Pertama, bus lengang banget, dan kita bisa duduk manis sambil menikmati dinginnya AC. Kedua, bus lumayan rame, kita engga dapet tempat duduk, harus bergelantungan tapi kepadatan normal. Ketiga, berjubel. Selain harus nahan kaki dan tangan yang cenut-cenut, kita bahkan nggak bisa ngeliat tangan dan kaki kita ada dimana. Hidup juga gitu kan? Gak selamanya susah, tapi juga gak selalu mudah. Gak melulu seneng2 dan bahagia, kadang kita harus ngerasain sedih atau kecewa. Kadang nangis, kadang ketawa, kadang juga ada dramanya. Kalo seneng terus, lalu dimana letak "kesenangannya"?? Iya gak?

     Dan begitu kondekturnya udah ngumumin halte tujuan kita udah deket... Huaa leganya luar biasa. Ada perasaan seneng gimana gitu loh (apa cuman gue aja yang ngerasa gitu?). Kalo tujuan2 dalam hidup kita udah tercapai, pasti seneng banget kan? Apalagi kalo perjalanan kita untuk mencapai itu engga mulus dan kita berhasil melaluinya, pasti ada kepuasan tersendiri.

     Tapi dibalik lika-liku perjalanan naik Transjakarta ini, gak jarang kan kita ngerasa lancar banget selama perjalanan? Langsung nemu bus, nggak antri, nggak desek2an, dapet tempat duduk, di jalannya gak macet, dan nyampe tujuan tepat waktu. Kalo ketemu yang kayak gitu, berarti mungkin kita sedang beruntung. Engga, engga ada Oom jin yang bantuin kamu dengan ngunciin semua orang di Jakarta di dalem rumah biar
gak pergi2 kok. Ya itu tadi, mungkin itu salah satu nikmat kecil yang dikasih Tuhan buat kamu. Udaah, nikmatin aja. Jangan lupa bilang makasih sama Allah :)

     Sebenernya masih banyak lagi hal2 lain yang bisa kita analogikan, tapi gue gak mau terlihat seperti orang yang cerewet dengan ngepost tulisan yang panjang2. Sooo, that's it. Dan sepertinya gue nulis ini tadi dalam keadaan setengah sadar, karena tahu2 udah jam segini.

Tiduur2. ..

0 comments: